Cerai, 39 Tahun Menikah Istri Hanya Dianggurin
Karin,
57 ternyata sudah memendam kepedihan sejak lama. Tujuh bulan sudah Karin
ditinggal meninggal suaminya, Giman, 64 (bukan nama sebenarnya) yang meninggal
karena sakit paru-paru. Kendati demikian, dia masih tampak berkabung. Dalam
proses pembagian harta waris untuk keempat anaknya pun, Karin masih tak bisa
menutupi kesedihannya. Selain teringat dengan wajah suami, Karin masih memiliki
pertanyaan yang belum terjawab hingga suaminya meninggal dunia.
Selama
ini dari luar tampak rumah tangganya begitu harmonis dan serasi. Foto-foto
mesranya dipajang di rumahnya yang begitu megah di kawasan Dharmahusada. Namun,
usut punya usut, Karin ternyata tak pernah tidur seranjang dengan
almarhum, Giman.
“Ini
luka lama. Tapi, saya menyesal kenapa saya tidak menanyakan penyebabnya dari
dulu-dulu,” kata Karin ditemani putri bungsunya sebut Mira, 25 di Pengadilan
Agama, Klas1 A Surabaya, Rabu (23/3). Kulit wajahnya yang masih kencang dan
terawat pun tampak begitu sayu. Lambat laun, Karin yang memiliki butik itu pun
akhirnya meneteskan air mata.
Seakan
mengenang kehidupan di masa lalunya, Karin memberi wejangan kepada Mira untuk
tidak takut bertanya kepada suaminya apabila ada masalah keluarga. Bagi Karin,
komunikasi dalam keluarga itu penting dan jangan munafik. “Sejak menikah umur
18 tahun, saya tidak pernah tanya ini itu sama suami. Diam. Dikasih ini ya,
dikasih itu ya manut mawon,” jelas dia.
Hal itu
pun berlaku dalam kehidupan rumah tangganya. Hampir 39 tahun berumah tangga,
Karin tak pernah protes dengan almarhum Giman. Selama itu pula, Giman itu hanya
mampir ke Karin kalau hanya ‘pengen’. Usai kegiatan itu berlangsung, Giman
langsung tidur di kamar sebelah. “Sudah selesai ya sudah. Dia pergi ke kamar
sebelah. Saya sering tidur sendirian,” jelas dia.
Entah
apa yang membuat Giman melakukan seperti itu. Padahal, dari kisah kehidupan
rumah tangga teman maupun customer-nya, hubungan suami mesra itu ketika
seranjang bersama. Di atas ranjang biasanya suami-istri bercerita keluh kesah
dan curahan hati. “Kalau tak ajak bobo di samping selalu menolak. Selalu ada
alasannya, yang pengen sendiri atau pengen nonton televisi di ruang keluarga,”
jelasnya. Setelah nonton televisi, biasanya Giman tak kembali ke kamar dan
akhirnya Karin ketiduran hingga pagi.
Karena
jarang bobo bareng, komunikasi antara keduanya hanya terjadi di atas meja
makan. Itu pun tak intensif karena Giman terkesan cepat-cepat pergi dari rumah
untuk urusan bisnisnya.
Eloknya,
tak pernah satu pun keluarga maupun saudara yang tahu bila kehidupan di dalam
rumahnya demikian. Giman dan Karin pandai menutupi. Di depan keluarga besarnya,
Karin mengaku Giman sangat mesra. “Paling waktu ada acara, saya seperti ratu.
Ini itu diambilkan suami. Foto-foto yang terpajang di dinding juga sangat
mesra. Almarhum sering peluk saya,” jelasnya.
Sayangnya
pelukan itu hanya sebatas di depan umum, di atas ranjang, Giman tidak pernah
mau memeluknya. “ Kalau begitu (berhubungan suami-istri, Red) enggak ada
romantisnya. Setelah sudah.. Makanya saya menyesal kenapa suami begitu dingin
sama saya, apa memang karakternya? entahlah,” sesalnya.
